Obat Atasi Gangguan Lambung Berbahan Kayu Manis Peroleh Fitofarmaka
A
A
A
Gaya hidup modern yang serba cepat berimbas pada pola makan masyarakat. Makanan cepat saji atau instan akhirnya sering jadi pilihan. Dengan dalih kesibukan orang kerap mengabaikan pola makan yang sehat dan berimbang. Mulai jenis dan bahan makanan yang dipilih, pengolahan makanan dan penyajian, hingga jadwal makan yang tak teratur.
Pola makan yang tidak teratur merupakan salah satu pencetus utama gangguan pada sistem pencernaan. Lambung, salah satu organ pencernaan kita, kerap menjadi yang pertama mendapat serangan gangguan pencernaan. Bila Anda mengalami gangguan pencernaan yang membuat nyeri lambung, jangan buru-buru asal meminum obat.
Dexa Medica, perusahaan farmasi terbesar dan terpercaya di Indonesia menghasilkan obat modern asli Indonesia (OMAI). REDACID merupakan hasil riset dan pengembangan Dexa Group untuk mengatasi gangguan lambung.
REDACID telah menerima Nomor Izin Edar (NIE) sebagai obat Fitofarmaka dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI. Dengan status Fitofarmaka, REDACID sebagai obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan lambung tersebut, semakin teruji khasiat dan keamanannya apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
Pemberian sertifikat Fitofarmaka tersebut seiring dengan langkah Badan POM RI terhadap hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan obat dan makanan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Produk Fitofarmaka, serta Satgas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Produk Biologi.
Penyerahan sertifikat Fitofarmaka untuk produk REDACID tersebut berikan oleh Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito kepada Pimpinan Dexa Group Bapak Ferry Soetikno di acara Dialog Nasional bertema ‘Sinergitas Dalam Hilirisasi Riset Obat, Obat Tradisional, dan Pangan Untuk Percepatan Perizinan", di Jakarta, 10 Desember 2019.
“Riset dan pengembangan tersebut diharapkan menghasilkan produk-produk inovasi dalam negeri untuk menekan ketergantungan kepada produk impor. Saat ini pemerintah mendorong agar produk riset tidak hanya berakhir di publikasi jurnal ilmiah, namun juga dapat dikomersialisasi agar dapat dimanfaatkan lebih luas atau memberikan kemanfaatan bagi masyarakat,” kata Penny.
Dalam kesempatan tersebut Ferry Soetikno mengapresiasi komitmen Badan POM dalam melakukan pendampingan terhadap industri farmasi, salah satunya kepada Dexa Group. Ini merupakan fitofarmaka kelima yang diberikan Dexa Group.
“Penciptaan obat modern asli Indonesia ini merupakan salah satu cara Dexa Group untuk berkontribusi bagi bangsa. Dexa berkontribusi mendorong percepatan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri obat di Indonesia melalui penciptaan obat modern asli Indonesia salah satunya produk obat Fitofarmaka REDACID yang baru saja kami terima NIE Fitofarmaka-nya,” kata Ferry.
Direktur Eksekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) PT Dexa Medica Dr Raymond Tjandrawinata mengemukakan, obat herbal hasil riset dan pengembangan para ilmuwan Dexa Group melalui DLBS, terbuat dari bahan alami yang diambil dari kekayaan alam Indonesia. “REDACID terbuat dari fraksi bioaktif dari Cinnamomum burmannii atau dalam bahasa Indonesia adalah kayu manis,” ujar Dr Raymond.
DLBS membuat REDACID menggunakan teknologi TCEBS (Tandem Chemistry Expression Bioassay System) untuk menghasilkan fraksi bioaktif dari kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang lebih murni dibanding ekstrak biasa. REDACID bekerja secara langsung untuk menghambat aktivitas pompa proton yang berfungsi untuk memproduksi asam lambung.
Raymond menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan peneliti untuk melakukan riset dan mengembangkan produk Fitofarmaka, tidaklah mudah. “Otomatis kita harus melakukan uji praklinis, uji toksikologi, uji klinik, dan sebagainya. Dan semua kami lakukan berdasarkan kaidah-kaidah yang sudah diberikan oleh Badan POM. Dan dalam hal tersebut, Badan POM juga memfasilitasi dan mempercepat perolehan Fitofarmaka ini,” jelas Dr Raymond.
Dalam proses pengembangannya sebagai obat modern asli Indonesia, REDACID telah melalui serangkaian uji toksikologi dan farmakologi untuk mengetahui profil manfaat serta keamanannya, termasuk juga uji teratogenik.
Salah satu uji farmakologi REDACID telah diterbitkan dalam suatu jurnal internasional (International Journal of General Medicine 2013) yang ditulis oleh Tjandrawinata RR, dkk dengan judul Hydrogen potassium adenosine triphosphatase activity inhibition and downregulation of its expression by bioactive fraction DLBS2411 from Cinnamomum burmanii in gastric parietal cells.
REDACID diakui sebagai obat modern asli Indonesia yang telah mendapatkan Fitofarmaka dan memiliki khasiat yang setara dengan obat lambung berbahan kimia lainnya seperti Ranitidin. Bahkan, kandungan alami REDACID lebih aman dikonsumsi bagi penderita gangguan lambung.
REDACID dapat diperoleh di apotek terdekat atau untuk lebih mudahnya dapat dibeli di apotek online terpercaya GoApotik , yang bisa juga diakses melalui official store di toko online terkemuka di Indonesia yakni Tokopedia , Shopee dan juga Bukalapak .
Di toko online tersebut, REDACID dijual dengan berbagai pilihan kebutuhan, mulai dari REDACID yang dijual dengan harga per strip , dan juga dijual per box .
Pola makan yang tidak teratur merupakan salah satu pencetus utama gangguan pada sistem pencernaan. Lambung, salah satu organ pencernaan kita, kerap menjadi yang pertama mendapat serangan gangguan pencernaan. Bila Anda mengalami gangguan pencernaan yang membuat nyeri lambung, jangan buru-buru asal meminum obat.
Dexa Medica, perusahaan farmasi terbesar dan terpercaya di Indonesia menghasilkan obat modern asli Indonesia (OMAI). REDACID merupakan hasil riset dan pengembangan Dexa Group untuk mengatasi gangguan lambung.
REDACID telah menerima Nomor Izin Edar (NIE) sebagai obat Fitofarmaka dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI. Dengan status Fitofarmaka, REDACID sebagai obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan lambung tersebut, semakin teruji khasiat dan keamanannya apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
Pemberian sertifikat Fitofarmaka tersebut seiring dengan langkah Badan POM RI terhadap hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan obat dan makanan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Produk Fitofarmaka, serta Satgas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Produk Biologi.
Penyerahan sertifikat Fitofarmaka untuk produk REDACID tersebut berikan oleh Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito kepada Pimpinan Dexa Group Bapak Ferry Soetikno di acara Dialog Nasional bertema ‘Sinergitas Dalam Hilirisasi Riset Obat, Obat Tradisional, dan Pangan Untuk Percepatan Perizinan", di Jakarta, 10 Desember 2019.
“Riset dan pengembangan tersebut diharapkan menghasilkan produk-produk inovasi dalam negeri untuk menekan ketergantungan kepada produk impor. Saat ini pemerintah mendorong agar produk riset tidak hanya berakhir di publikasi jurnal ilmiah, namun juga dapat dikomersialisasi agar dapat dimanfaatkan lebih luas atau memberikan kemanfaatan bagi masyarakat,” kata Penny.
Dalam kesempatan tersebut Ferry Soetikno mengapresiasi komitmen Badan POM dalam melakukan pendampingan terhadap industri farmasi, salah satunya kepada Dexa Group. Ini merupakan fitofarmaka kelima yang diberikan Dexa Group.
“Penciptaan obat modern asli Indonesia ini merupakan salah satu cara Dexa Group untuk berkontribusi bagi bangsa. Dexa berkontribusi mendorong percepatan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri obat di Indonesia melalui penciptaan obat modern asli Indonesia salah satunya produk obat Fitofarmaka REDACID yang baru saja kami terima NIE Fitofarmaka-nya,” kata Ferry.
Direktur Eksekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) PT Dexa Medica Dr Raymond Tjandrawinata mengemukakan, obat herbal hasil riset dan pengembangan para ilmuwan Dexa Group melalui DLBS, terbuat dari bahan alami yang diambil dari kekayaan alam Indonesia. “REDACID terbuat dari fraksi bioaktif dari Cinnamomum burmannii atau dalam bahasa Indonesia adalah kayu manis,” ujar Dr Raymond.
DLBS membuat REDACID menggunakan teknologi TCEBS (Tandem Chemistry Expression Bioassay System) untuk menghasilkan fraksi bioaktif dari kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang lebih murni dibanding ekstrak biasa. REDACID bekerja secara langsung untuk menghambat aktivitas pompa proton yang berfungsi untuk memproduksi asam lambung.
Raymond menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan peneliti untuk melakukan riset dan mengembangkan produk Fitofarmaka, tidaklah mudah. “Otomatis kita harus melakukan uji praklinis, uji toksikologi, uji klinik, dan sebagainya. Dan semua kami lakukan berdasarkan kaidah-kaidah yang sudah diberikan oleh Badan POM. Dan dalam hal tersebut, Badan POM juga memfasilitasi dan mempercepat perolehan Fitofarmaka ini,” jelas Dr Raymond.
Dalam proses pengembangannya sebagai obat modern asli Indonesia, REDACID telah melalui serangkaian uji toksikologi dan farmakologi untuk mengetahui profil manfaat serta keamanannya, termasuk juga uji teratogenik.
Salah satu uji farmakologi REDACID telah diterbitkan dalam suatu jurnal internasional (International Journal of General Medicine 2013) yang ditulis oleh Tjandrawinata RR, dkk dengan judul Hydrogen potassium adenosine triphosphatase activity inhibition and downregulation of its expression by bioactive fraction DLBS2411 from Cinnamomum burmanii in gastric parietal cells.
REDACID diakui sebagai obat modern asli Indonesia yang telah mendapatkan Fitofarmaka dan memiliki khasiat yang setara dengan obat lambung berbahan kimia lainnya seperti Ranitidin. Bahkan, kandungan alami REDACID lebih aman dikonsumsi bagi penderita gangguan lambung.
REDACID dapat diperoleh di apotek terdekat atau untuk lebih mudahnya dapat dibeli di apotek online terpercaya GoApotik , yang bisa juga diakses melalui official store di toko online terkemuka di Indonesia yakni Tokopedia , Shopee dan juga Bukalapak .
Di toko online tersebut, REDACID dijual dengan berbagai pilihan kebutuhan, mulai dari REDACID yang dijual dengan harga per strip , dan juga dijual per box .
(alf)